Rabu, 15 Maret 2017

Pendidikan yang terputus



Dalam hal ini pendidikan agama (bukan pendidikan umum), kenapa saya bersih keras memasukan anak saya ke pesantren, kalau anaknya tidak mau gimana ? Awalnya anak saya memang tidak mau, saya coba ajak dialog, saya pernah ngobrol dengan anak saya, "bang, abi ga mau kamu kejeblos dalam lubang neraka", tiba-tiba anak saya, menatap mata saya, sayapun melanjutkan, kamu bergaul dengan orang yang ga sholat, kamu bergaul dengan teman kamu yang pacaran, kamu bergaul dengan teman kamu yang narkoba, itu yang abi takutkan kamu akan terbawa arus pergaulan, itu lubang kecil neraka bang !, anak sayapun menjawab iya bi, malam menjelang tidur, kami dengarkan ceramah ustadz Adi Hidayat, LC tentang para penghafal quran, hal ini saya lakukan, agar anak saya termotivasi masuk pesantren.

Coba tengok kepada diri kita sendiri, berapa persen kita mampu belajar quran dengan baik ? berapa persen kita mampu mendidik anak dengan baik, dan berapa persen dapat menyuruh anak kita datang ke masjid ? Jika kecendrungan hati ini tidak terpaut ke masjid perlu di pertanyakan masa kecil kita, zaman saya SD belum ada TPA-TKA, saat itu, saya hanya mengaji selepas magrib di masjid, itupun karena rumah saya dekat dengan masjid,sehingga masih ada kegiatan keagamaan dalam kehidupan kecil saya, andai kata saat itu rumah saya jauh dari masjid, bisa jadi saya termasuk kedalam teman-teman yang lupa dengan masjid.

Menanamkan pendidikan ahklaq, menjadi kewajiban setiap orang tua, sebelum si anak dewasa, perlu di paksa, seperti halnya sholat, ketika saya memasukan anak ke pesantren bukan berarti saya ingin mencetak anak saya menjadi seorang ustadz, kyai atau ulama, tetapi paling tidak, anak saya punya dasar aqidah yang baik, punya hafalan quran yang banyak, ketika sudah lulus dari pesantren nanti, saya akan kembalikan ke minat dan bakat anak saya, apakah dia ingin menjadi dokter, psikolog, tukang insinyur, atau pengusaha, tapi jadilah dokter yang hafal quran, jadilah pengusaha yang faham quran, dan jadilah insinyur yang mampu menterjemahkan alquran.

Saya perhatikan di lingkungan saya, banyak orang tua memberikan pendidikan ahklaqnya, hanya sampai sekolah dasar saja, melalui TPA/TKA, usia 4 tahun, para orang tua berbondong-bondong memasukan anaknya ke TPA dengan tujuan bisa belajar al quran dan mengaji, namun setelah si anak lulus SD, para orang tua berhenti menyuruh si anak mengaji, berbagai macam alasan, pelajaran di sekolah terlalu banyak, mulai banyak kegiatan lain, belum lagi rasa malas antara anak dan orang tua, inilah yang terjadi pada murid-murid ibu saya, muridnya yang pintar mengaji sewaktu SD, setelah masuk SMP, tidak kelihatan lagi, malah ada dari murid ibu saya, yang menjadi penyanyi dangdut kampung, dengan pakai minim sambil berteriak di atas panggung "goyang mang, mana sawerannya".

Faktor lainnya adalah pergaulan, saya coba proteksi anak saya di rumah, tetapi loss di lingkungan luar rumah, salah memilih pergaulan menjadi ke kawatiran saya terhadap pendidikan anak, saya juga dulu seperti itu, setelah lulus dari madrasah, saya masuk sekolah negeri, di sekolah umum inilah, saya tersusupi cerita-cerita enny arrow, lantaran teman saya membagikan lembaran-lembaran stensil pada saat jam istirahat, belum lagi tawuran antar sekolah, tapi saya belum pernah mendengar tawuran atar pesantren,  saya pernah satu mobil dengan om saya yang polisi, ketika melewati salah satu SMA di senayan, om saya mengeluarkan pistol nya sambil berteriak "bubar", dua letusan di arahkan keatas, perang batu saat itu terjadi, antar dua sekolah, ada anak pelajar dengan mengayunkan gir besi yang diikat di sabuknya, saya lihat batu melayang di atas kap mobil om saya, itu jaman saya SMP dan SMA, bagaimana dengan jaman anak saya nanti ?

Semoga pendidikan ahklaq, pendidikan agama anak saya tidak berhenti hingga hingga nafas dan raganya Allah pisahkan. bagi saya perlunya ikhtiar, setelah kita berusaha memasukan ke pesantren, saya kembalikan kepada Allah, akan jadi apakah anak saya kelak nanti

Untuk ke dua anakku @ F..
Sawangan, 15 Maret 2107

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

summer collection