Namanya Banjir
Selepas mengisi kuliah subuh
(280417) ustadz kami di undang sarapan pagi, di daerah Tanjung Pinang Kepulauan
Riau, sesampainya di rumah makan, kami mencari posisi duduk masing-masing,
ketupat rendang menjadi pilihan saya, para pengurus masjidpun asyik bercerita
pengalaman masing-masing, Saya duduk aga pojok, sesekali ngobrol dengan
pengurus yang duduk dekat saya, usai sarapan pagi, salah satu jamaah,
menawarkan diri mengantarkar kami ke hotel, kami naik mobil mewah merek alpard,
nama pemilik mobil adalah M Banjir Simarmata.
Dalam perjalanan menuju hotel, Pak
Banjir bercerita tetang pengalaman hidupnya, beliau dulu beragama nasrani, masa
muda ia lalui cukup kelam, dia bergabung dengan geng narkoba manca negara saat
itu, hingga akhirnya dia menjadi DPO, pelarian beliau di malaysia, belaiu
bekerja sebagai kuli, apapun beliau lakukan demi bertahan hidup, hingga ada
keluarga malaysia yang menyuruh tinggal di rumahnya, si kelaurga mengira beliau
beragama islam, setiap hari jum’at, di ajaknya sholat, beliau selalu mengelak,
duluan saja, nanti saya menyusul, begitu juga ketika sholat idul fitri, di
tahun kedua beliau kembali di ajak sholat idul fitri, kembali beliau mencari
alasan, bibinya sudah menunggu untuk berlebaran di rumanya, padahal dia meghindat
untuk di ajak sholat idul fitri, namun Lantunan takbir yang beliau dengarkan,
mengingatkan beliau akan kedua orang tua di kampung, mengingatkan akan
dosa-dosanya terdahulu, beliau menangis, setiap mendengar aza, kembali beliau
menangis, hingga akhirnya beliau pergi ke masjid, untuk melakukan sholat, suatu
ketika temannya yang muslim, melihat dia sholat, temannya terheran-heran, kamu
nasrani ko sholat ?, iyaa saya nasrani saya sholat, lah kamu ko muslim ga
sholat ? Semenjak itu saya di sarankan bersyahadat.
Sepulang ke kampung, saya
mengumumkan diri bahwa saya sudah menjadi muslim, kedua orang tua kaget, namun
di kehidupan hari hari saya tetap membantu orang tua saya, membersihkan kandang
babi, ini yang membuat orang tua saya heran, kamu muslim kok masih membantu
membersihkan kandang babi, ini bakti saya terhadap orang tua, padahal
tetangganya ada yang muslim tidak seperti kamu, ohh mungkin tetangga belum
faham islam yang benar, begitu ujar Pak Banjir kepada orang tuanya, setiap
malam Pak Banjir berdoa, agar kedua orang tua dapat hidayah, suatu hari di
bulan ramadhan, sepulang tarawih, semua keluarga berkumpul, Pak Banjir
terheran-heran, beliau berpikir akan di nikahkan, ternyata bukan, ada apa ini,
orang tua saya, memulai pembicaraan, bahwa mereka sudah beruding, dan semua
sepakat ingin ikut agama islam, saat itu saya langsung, balik ke masjid, minta
tolong kepada imam masjid untuk membimbing syahadat keluarga besar saya, imam
masjid langsung mengumumkan dengan toa masjid, besok akan ada satu kelurga
masuk islam, mohon jamaah untuk datang menyaksaikan shahadat satu keluarga
tersebut.
Dalam dialog dengan para tetangga
yang nasrani, beliau selalu di tanya kenapa memilih islam, dia menjawab,
seperti halnya sekolah, islam itu bangku perguruan tinggi, jika dulu dia SMA,
dia ingin menaikan derajat hidup dengan kuliah, di bangku kuliah itu setiap
hari belajar 5 kali sehari, sewaktu SMA dia hanya seminggu sekali dia belajar.
Begitu Pak banjir menganalogikan, dan dia tidak memaksakan apakah orang yang
mengajak dialog tersebut harus masuk perguruan tinggi atau tidak, tetapi Pak
Banjir cukup santai menanggapinya.
Semoga Ustadz Muhammad Banjir
Simarmata, selalu dalam lindungan Alloh, di berikan kesehatan dan umur yang
barokah.
By Irvan Gading 1 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar