Selasa, 02 Mei 2017

Namanya Banjir



Namanya Banjir

Selepas mengisi kuliah subuh (280417) ustadz kami di undang sarapan pagi, di daerah Tanjung Pinang Kepulauan Riau, sesampainya di rumah makan, kami mencari posisi duduk masing-masing, ketupat rendang menjadi pilihan saya, para pengurus masjidpun asyik bercerita pengalaman masing-masing, Saya duduk aga pojok, sesekali ngobrol dengan pengurus yang duduk dekat saya, usai sarapan pagi, salah satu jamaah, menawarkan diri mengantarkar kami ke hotel, kami naik mobil mewah merek alpard, nama pemilik mobil adalah M Banjir Simarmata.

Dalam perjalanan menuju hotel, Pak Banjir bercerita tetang pengalaman hidupnya, beliau dulu beragama nasrani, masa muda ia lalui cukup kelam, dia bergabung dengan geng narkoba manca negara saat itu, hingga akhirnya dia menjadi DPO, pelarian beliau di malaysia, belaiu bekerja sebagai kuli, apapun beliau lakukan demi bertahan hidup, hingga ada keluarga malaysia yang menyuruh tinggal di rumahnya, si kelaurga mengira beliau beragama islam, setiap hari jum’at, di ajaknya sholat, beliau selalu mengelak, duluan saja, nanti saya menyusul, begitu juga ketika sholat idul fitri, di tahun kedua beliau kembali di ajak sholat idul fitri, kembali beliau mencari alasan, bibinya sudah menunggu untuk berlebaran di rumanya, padahal dia meghindat untuk di ajak sholat idul fitri, namun Lantunan takbir yang beliau dengarkan, mengingatkan beliau akan kedua orang tua di kampung, mengingatkan akan dosa-dosanya terdahulu, beliau menangis, setiap mendengar aza, kembali beliau menangis, hingga akhirnya beliau pergi ke masjid, untuk melakukan sholat, suatu ketika temannya yang muslim, melihat dia sholat, temannya terheran-heran, kamu nasrani ko sholat ?, iyaa saya nasrani saya sholat, lah kamu ko muslim ga sholat ? Semenjak itu saya di sarankan bersyahadat.

Sepulang ke kampung, saya mengumumkan diri bahwa saya sudah menjadi muslim, kedua orang tua kaget, namun di kehidupan hari hari saya tetap membantu orang tua saya, membersihkan kandang babi, ini yang membuat orang tua saya heran, kamu muslim kok masih membantu membersihkan kandang babi, ini bakti saya terhadap orang tua, padahal tetangganya ada yang muslim tidak seperti kamu, ohh mungkin tetangga belum faham islam yang benar, begitu ujar Pak Banjir kepada orang tuanya, setiap malam Pak Banjir berdoa, agar kedua orang tua dapat hidayah, suatu hari di bulan ramadhan, sepulang tarawih, semua keluarga berkumpul, Pak Banjir terheran-heran, beliau berpikir akan di nikahkan, ternyata bukan, ada apa ini, orang tua saya, memulai pembicaraan, bahwa mereka sudah beruding, dan semua sepakat ingin ikut agama islam, saat itu saya langsung, balik ke masjid, minta tolong kepada imam masjid untuk membimbing syahadat keluarga besar saya, imam masjid langsung mengumumkan dengan toa masjid, besok akan ada satu kelurga masuk islam, mohon jamaah untuk datang menyaksaikan shahadat satu keluarga tersebut.

Dalam dialog dengan para tetangga yang nasrani, beliau selalu di tanya kenapa memilih islam, dia menjawab, seperti halnya sekolah, islam itu bangku perguruan tinggi, jika dulu dia SMA, dia ingin menaikan derajat hidup dengan kuliah, di bangku kuliah itu setiap hari belajar 5 kali sehari, sewaktu SMA dia hanya seminggu sekali dia belajar. Begitu Pak banjir menganalogikan, dan dia tidak memaksakan apakah orang yang mengajak dialog tersebut harus masuk perguruan tinggi atau tidak, tetapi Pak Banjir cukup santai menanggapinya.

Semoga Ustadz Muhammad Banjir Simarmata, selalu dalam lindungan Alloh, di berikan kesehatan dan umur yang barokah.
By Irvan Gading 1 Mei 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

summer collection