Ya Allah waktu begitu cepat berlalu,
belum tuntas tilawah saya, belum tertib
ibadah saya, namun saya telah berada di penghujung Ramadhan, yang artinya
hitung hari bulan suci ini akan pergi. Rhamadan ini saya merasa malu dengan
masjid dirumah orang tua saya, saya aga jarang berkunjung kemasjid Nurul Iman
di Srengseng, bisa di hitung dengan jari berapa kali saya mampir kemasjid
tersebut.
Saya kemarin sempat mampir di salah
satu mall di Makasar, saya perhatikan masyarakat di sana dan pada umumnya di Indonesia,
sebagian mereka disibukkan dengan hiruk pikuk Idul Fitri. Luapan kegembiraan
sudah terasa. Mall MP begitu padat. Lalu lintas lambat merayap. Untuk parkir
saja kami mesti 3 kali muter mencari parkir yang kosong, Sepertinya masyarakat
Indonesia tidak ada yang miskin, tarif dasar listrik tidak pengaruh dengan
datangnya Idul Fitri,
Namun di akhir Ramadhan ini, ada
nuansa kesedihan dalam diri saya, saya beribadah hanya sekedar minimalis (bukan rumah aja yang
minimalis), ibadah saya sekedar yang wajib, sunahnya jarang, padahal amalan
sunah di ganjar dengan pahala wajib, saya merasa malu dengan salah satu peserta
itikaf dimasjid Nurul Iman, dia seorang mualaf keturunan, belum 5 tahun beliau
memeluk Islam, tapi setiap tahun beliau hadir menjadi peserta itikaf di Masjid
Nurul Iman, ketika saya menyapa beliau, dengan menanyakan kabar, beliau balik
bertanya Pak Ko baru Kelihatan ??? sebuah pertanyaan balik menusuk kehati,
menembus jantung.
Kesholehan saya tidak sebandingan
dengan teman mualaf tadi, bisa jadi teman-teman peserta itikaf adalah orang-orang shalih yang paling bersedih ketika
Ramadhan hampir berakhir? Meraka faham dengan perginya Rhamadan,berarti akan pergi
pula berbagai keutamaan dalam bulan Rhamadan.
Wahai Rabb kami… terimalah puasa
kami, shalat kami, ruku’ kami, sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, Wahai Rabb Pertemukan kembali kami dalam
Rhamadan berikutnya..
23 Juni 2017
By Irvan Gading
Tidak ada komentar:
Posting Komentar