Biar terkesan puitis judulnya menutup malu, sebenarnya kalau mau di artikan lebih luas menutupi rasa malu, atau teman2 bisa baca membudayakan malu, malu ko di budayakan (jamur dong di budayakan biar dpt income tambahan hehehe)..
Malu adalah identitas budaya timur, Rasa malu itulah yang membedakan manusia dengan binatang. (binatang ga pakai baju, karena ga punya rasa malu..nah manusia ga pakai baju mau di bilang apa hayuu??) Namun terkadang rasa malu itu sirna ketika manusia tergoda oleh gemerlapnya kehidupan dunia. Bahkan terkadang, harus lenyap rasa malu jika sudah mabuk oleh gemerlapnya dunia..
Malu adalah identitas budaya timur, Rasa malu itulah yang membedakan manusia dengan binatang. (binatang ga pakai baju, karena ga punya rasa malu..nah manusia ga pakai baju mau di bilang apa hayuu??) Namun terkadang rasa malu itu sirna ketika manusia tergoda oleh gemerlapnya kehidupan dunia. Bahkan terkadang, harus lenyap rasa malu jika sudah mabuk oleh gemerlapnya dunia..
Malu, menurut kamus besar bahasa Indonesia, berarti, merasa sangat tak senang (rendah, hina, dsb) karena berbuat sesuatu yang kurang baik, merasa berkekurangan dsb. Tapi bukan malu rendah dan hina yaa, dalam kontek judul diatas.
Saya ambil beberapa contoh, lantaran malu saya belum bisa membayar hutang dengan Pa Haji, saya ga berani mengerjakan sholat di masjid, ketika saya melewati rumah pa haji menuju masjid, terdengar bunyi kletek .. Sebuah tanda pintu pagar di buka, saya langsung ngumpet bukan main tak umpet tapi takut si Pa Haji keluar dan ketemu dengan saya, ini bentuk malu saya karena kesalahan dalam berhutang..(Jangan nekat bisinis dengan hutang broo, apalagi hutang kartu kredit).
Atau cerita teman saya, sebut saja namanya Jack, si jack ini pernah bercerita ke saya, ketika dia pulang dari kantor, perjalanan yang cukup jauh dan pekerjaan kantor yang bertumpuk membuat dia lelah hingga ketiduran di dalam angkot, "teriakan sopir menyebutkan sebuah gang, nama sebuah jalan yang membuat dia terbangun, "Gotong royong-gotong royong", teriak si sopir, loh itukan gang rumah saya, sayapun terbangun dari tidur saya, namun saya tidak berani mengangkat kepala saya, "kenapa saya tidak berani mengangkat kepala saya"!!, yaa saya ngiler pada saat tertidur tadi, baju saya basah dengan Ilir, yaa ampun tetesan ilir dari bibir saya tidak terasa membasahi bagian depan baju saya, ,(waduh saking pulesnya tuhh)..karena masih banyak penumpang dalam angkot tersebut, akhirnya saya putuskan untuk tidak turun di gang saya, saya pura-pura tidur kembali sambil mengelap mulut saya yang penuh dengan ilir (yaa Jackk, untung ga ada bidadari yg elo taksir di angkot tsb),, saya pun turun setelah angkot yang saya naiki sepi dari penumpangnya, begitu akhir cerita teman saya.
Sekelumit cerita diatas, memang tidak ada hub dengan budaya malu yang lebih ekstrim seperti keserakahan, kerakusan, korupsi, nepotisme, berkata kasar atau tidak sopan mengumpat di media, (medianya bisa saja media sosial, media televisi atau media ?(Tanda tanya bingung mau menulis media apalagi ya)...yaa semua jenis media dehh)...
Mari budayakan malu (bukan pemalu atau malu-maluin, taukan malu yang saya maksud) Ya karena malu itu adalah bagian dari Iman
Selamat pagi Teman selamat berjuang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar