Titik Nadir..!
(satu aja tanda serunya)
Setiap kita
pasti mengalami yang namanya titik nadir (bukan titik jenuh, titik noda atau
titik sandora), titik nadir dimana titik paling rendah, apakah dalam bisnis
atau dalam hidup, istilah ini biasa digunakan untuk menggambarkan keterpurukan
manusia dalam menghadapi permasalahan dalam hidup.
Adakah dari
teman-teman yang mengalami demikian?.., mencapai titik nadir atau istilah lain
terpuruk dalam kehidupannya, semenjak
saya menampilkan nomor kontak saya dalam web-web saya,(dalam hal ini web
management MC), sudah tidak kehitung
berapa banyak orang yang mengalami titik nadir, salah satu contoh smsnya adalah,
Pa mohon saran dan bantuanya, saya mempunyai hutang dan terlibat renternir,
saya seorang wanita sudah menikah dan mempunya suami, selama ini sudah
berbohong dengan orang-orang dengan mengatakan saya seorang janda, dengan
harapan mereka iba dengan saya dan memberikan bantuan ke saya tanpa imbalan,
saya sudah merasa berdosa pada suami dan anak-anak saya. Ada juga yang pernah
menelpon saya ingin curhat kegaulan dalam beragama, dan masih banyak lagi
kegalauan-kegalaun yang menandakan titik nadir mereka, (waduh sejak kapan saya
menerima jasa konsultasi ?? kok banyak yang sms berkeluh kesah seperti itu yaaa…??).
Ada juga Curhatan dari teman saya yang mengalami titik nadir, pernah dia teriak di tengah lapangan di hujan lebat yang penuh dengan petir, ia berteriak, " Tuhan dimana engkau ??," samber saya dengan petirmu jika engkau ada,".. untung Alloh masi sayang tuh sama dia, buktinya sekarang dia jadi pengusaha bengkel tralis...
Ada juga Curhatan dari teman saya yang mengalami titik nadir, pernah dia teriak di tengah lapangan di hujan lebat yang penuh dengan petir, ia berteriak, " Tuhan dimana engkau ??," samber saya dengan petirmu jika engkau ada,".. untung Alloh masi sayang tuh sama dia, buktinya sekarang dia jadi pengusaha bengkel tralis...
Secara saya
pernah mengalami yang namanya titik nadir, entah lebaran yang keberapa di
pernikah saya, saya ingat setelah bisnis pulsa saya terpuruk akibat banjir di
tahun 2006, saya mencoba berbisnis ayam fredchiken meniru optimisme Sabana,
ternyata belum seberuntung ayam tepung Sabana. Di lebaran tahun 2006, saya
merasa titik nadir saya dalam bisnis, saya tidak berani lebaran di rumah orang
tua lantaran masih mempunyai hutang dengan investor (Pa Haji red), karena kalau saya berlebaran saya pasti di tunjuk jadi MC sholat idul fitri, mau ga mau harus ketemu sama Pa Haji...dan saya
juga tidak punya uang untuk pulang kampung bersama dengan istri saya di Cirebon,
akhirnya saya putuskan, untuk menitipkan istri dan anak saya ke saudara yang pulang kampung, dan
saya pesan ke istri, “salam untuk keluaga di Cirebon bahwa saya berlebaran di
Kebon jeruk”, “dan saya pun bilang keorang tua saya di kebon jeruk bahwa saya
berlebaran di Cirebon”, apa yang saya lakukan di dua lebaran yang berbeda pada
saat itu, saya dagang ice fanta di depan pintu gerbang TMII dengan menggunakan
sepeda motor, (di kejar satpam bro) omset penjualan ice fanta saya hari itu, masih kalah
dengan pengamen jalanan yang ngamen di dalam TMII, dengan omset 3oorb dalam
sehari, saya dibawah omset pengamen itu....(elegi hidup saya, bukan meratap yaaa)..
Sehabis
lebaran kamipun kumpul dengan saudara besar dari istri, dan akhir saya mengakat
bendera putih kekeluaga besar istri saya,dan saya menyatakan kalah dalam perperangan bisnis saya
di pondok gede, saya akan pindah ke kebon jeruk menempati rumah kontrakan om
saya, sehabis lebaran sayapun melamar kerja sebagai marketing di perusaan pompa
terbesar di Indonesia…
Itu titik
nadir saya…
Selamat
Berjuang masih ada hari esok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar