Rabu, 28 Juni 2017

Kenapa saya memilih pesantren untuk anak saya



Ceramah salah satu ustadz menambah keyakinan saya, memasukan anak saya ke dunia pesantren, dalam video tersebut sang ustadz menjelaskan bahwa sebelum usia dewasa, orang tua lah yang bertanggung jawab terhadap pemilihan pendidikan, kelak dewasa barulah si anak boleh memilih sesuai dengan keinginan serta bakatnya, kenapa perlunya basic agama untuk anak-anak kita, karena agamalah yang di perlukan di akherat nanti, ketika anak saya punya skill lain, tetapi tidak di landasi dengan ilmu agama, akherat akan Nol, dan begitu sebaliknya.  

Pesantren adalah salah satu solusi untuk membendung anak saya terjerumus dalam pergaulan bebas. Suatu malam, saya ingat tepatnya malam minggu, ada hajatan di seberang depan rumah saya, tanpa sengaja, saya melihat anak tetangga saya sedang di apelin oleh pacarnya, tangan laki si pacar memegang dagu pacarnya, dan apa yang terjadi….……selangkah lagi ini anak pasti ke KUA, padahal  usianya masih sekolah tingkat pertama,  ini salah satu kekhawatiran akan pergaulan bebas anak zaman sekarang, belum lagi bahaya narkoba, tauran antar pelajar, geng motor, dan masih banyak kekhawatiran saya yang lainnya, memang sih setiap anak tergantung orangtuanya, tapi apa bisa kita protek anak 24 jam  di rumah, di rumah sudah di proteksi dengan agama, dilingkungan sekolah kebobolan.

Ke khawatiran yang lain, kita hidup diakhir zaman, tanda-tanda kiamat sudah dekat, kalau kita tidak mempersiapkan anak kita,  akan muncul dajal-dajal kecil yang akan  mempengaruhi pola pikir anak kita.
“Lebih baik  menangis karena berpisah sementara dengan anak, karena menuntut ilmu agama daripada, sudah tua menangis karena anak saya lalai urusan akhirat, memikirkan dunia, rebutan harta, suka pamer, dan lupa akan akherat kelak,”  
Seburuk-buruknya santri, paling tidak dia tahu bagaimana cara bertobat dan minta ampun pada Allah. Apalagi saya tidak selamanya hidup di dunia ini. Bila anak saya pernah nyantri, dia tahu bagaimana cara mendoakan orangtuanya yang sudah meninggal.

Menurut K.H. Hasan Abdullah Sahal “bahwa para santri yang sedang menuntut ilmu di pesantren akan selalu dilindungi Allah. Alquran selalu menjaganya. Semua orangtua santri harus yakin ini.Bahkan dalam Hadis Nabi yang diriwayatkan dari Abu Darda menyatakan bahwa orang yang sedang menuntut ilmu didoakan oleh semua makhluk Allah yang berada di langit maupun bumi, termasuk ikan-ikan di sungai dan laut (H.R. Ibnu Majah).

Ikhtiar Kebaikan untuk anak saya, kalaupun Allah mentakdirkan lain untuk anak saya kelak, Saya Ridho Ya Allah.

Depok 28 Juni 2017 


Kamis, 22 Juni 2017

Di Penghujung Rhamadan



Ya Allah waktu begitu cepat berlalu, belum  tuntas tilawah saya, belum tertib ibadah saya, namun saya telah berada di penghujung Ramadhan, yang artinya hitung hari bulan suci ini akan pergi. Rhamadan ini saya merasa malu dengan masjid dirumah orang tua saya, saya aga jarang berkunjung kemasjid Nurul Iman di Srengseng, bisa di hitung dengan jari berapa kali saya mampir kemasjid tersebut.

Saya kemarin sempat mampir di salah satu mall di Makasar, saya perhatikan masyarakat di sana dan pada umumnya di Indonesia, sebagian mereka disibukkan dengan hiruk pikuk Idul Fitri. Luapan kegembiraan sudah terasa. Mall MP begitu padat. Lalu lintas lambat merayap. Untuk parkir saja kami mesti 3 kali muter mencari parkir yang kosong, Sepertinya masyarakat Indonesia tidak ada yang miskin, tarif dasar listrik tidak pengaruh dengan datangnya Idul Fitri,

Namun di akhir Ramadhan ini, ada nuansa kesedihan dalam diri saya, saya beribadah hanya  sekedar minimalis (bukan rumah aja yang minimalis), ibadah saya sekedar yang wajib, sunahnya jarang, padahal amalan sunah di ganjar dengan pahala wajib, saya merasa malu dengan salah satu peserta itikaf dimasjid Nurul Iman, dia seorang mualaf keturunan, belum 5 tahun beliau memeluk Islam, tapi setiap tahun beliau hadir menjadi peserta itikaf di Masjid Nurul Iman, ketika saya menyapa beliau, dengan menanyakan kabar, beliau balik bertanya Pak Ko baru Kelihatan ??? sebuah pertanyaan balik menusuk kehati, menembus jantung.

Kesholehan saya tidak sebandingan dengan teman mualaf tadi, bisa jadi teman-teman peserta itikaf  adalah orang-orang shalih yang paling bersedih ketika Ramadhan hampir berakhir? Meraka faham dengan perginya Rhamadan,berarti akan pergi pula berbagai keutamaan dalam bulan Rhamadan.
Wahai Rabb kami… terimalah puasa kami, shalat kami, ruku’ kami, sujud kami dan tilawah kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, Wahai Rabb Pertemukan kembali kami dalam Rhamadan berikutnya..

23 Juni 2017
By Irvan Gading

Rabu, 07 Juni 2017

Mati tidak mengenal usia





Kemaren malam pukul 3:40 (070517), saya di kejutkan dengan miscall dari keluarga saya di kebon jeruk, 12 kali panggilan tidak terjawab, memang semua handphone, saya di letakan di ruang tamu, ketika ada ada panggilan telepon saya tidak mendengarnya, 12 panggilan tersebut  pukul 02.02 dini hari, saya berpirasat, pasti ada keluarga kami yang meninngal, saya telepon adik saya, benar, adik saya mengabarkan, Adit meninggal, saya sempat tidak percaya, Adit sepupuh kita, iya Adit cing Udin, inna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Semoga Husnul Khatimah di bulan baik ini. Menurut dokter sepupuh saya gagal ginjal, usia baru 25 tahun, dia tinggi, gagah, sempat ikut pendidikan Akpol tahun 2013, secara fisik tidak di sangka begitu cepat Alloh memanggilnya.

Tahun lalu di bulan Ramadhan, saya juga dikejutkan dengan meninggal salah satu ustadz dalam management saya, di bulan Rhamadan itu, ada dua jadwal ceramah yang saya agendakan dalam event buka bersama, dalam agenda kedua, selepas ceramah dan sholat magrib, kami berbincang dengan para pejabat perusahaan tersebut, tentang kesehatan, salah satu pejabat bercerita di usia menginjak 50 tahun sudah harus memilih jenis makan yang di pantang dan yang tidak, sang ustadzpun menambahkan rajin mengkonsumi minuman mineral bermerek Kanxxx water, jangan lupa di pagi hari nyeker alias  olah raga  tampak pakai alas kaki untuk kesehatan, 1 minggu berlalu, sang ustadz, bbm saya dalam bbmnya, “bang Irvan ada jadwal lagi untuk saya ga ?”, saya langsung menjawab belum bang lagi pengajuan beberapa tempat, nanti saya kabarin kalau sudah ada yang fix, di jawab “Siap”. Malamnya saya di telephone sama adik  ustadz mengabarkan, Abang Saya ustadz Hasbi sudah meninggal” saya pun tidak percaya, pagi tadi beliau bbm sama saya, sang adik meyakinkan dengan jawaban “benar bang, maafin Abang saya ya..teleponpun terputus, saya hanya bisa menjawab inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati, Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya) dan hanya kepada kami-lah kamu kembalikan,” terjemah QS. Al Anbiya’ ayat 31.

Dua kisah diatas adalah mahluk hidup yang Allah panggil dalam usia muda, sepupuh saya usia 25 tahun, dan sang ustadz usia 43 tahiun, Itulah kematian, jika maut telah mengintai kita, maka tidak ada satupun dari kita yang mampu menunda kematian, apapun pangkatnya, apapun kelasnya, atau apapun jabatannya. Maka tidak ada jaminan kita masih bisa bertemu bersama kembali Rhamadan tahun depan, kematian tidak pandang bulu, tidak ada jaminan yang kaya lebih lama hidup dari si miskin. Yang cantik bisa lebih lama hidupnya  belum tentu ? atau yang sakit-sakitan lebih panjang umurnya dari yang sehat. Yang muda kadang lebih dahulu dari yang tua. Pejabat belum tentu juga umurnya lebih panjang dari karyawan biasa. sudah berapa banyak teman-teman kita yang seusia mendahului kita. 
Untuk di renungi sungguh ajal tidak ada yang tahu.
Tulisan ini pesan untuk pribadi saya.

Sawangan 08 Juni 2017

summer collection