Kamis, 27 Juli 2017

DQA anaku

Rehat sejenak nak
Pagi ini anak saya menelpon, suara tangis terdengar di kejauhan, Abang pusing bi, kenapa kamu flu ? coba mana ustadz, sayapun ngobrol dengan sang ustadz, iya cuma batuk pilek, saya minta saran sama sang ustadz, anak sayapun di perbolehkan izin satu hari.
Sesampainya di rumah batuk dan panas aga reda, saya yakin anak saya aga kaget di minggu kedua ini, karena aktifitas pesantren sudah mulai terasa.
Ada perubahan kebaikan dalam prilaku anak saya, selama di rumah,  dia pegang alquran, sambil bermurojaah hafalan juz ke 30 yang baru ia mulai, sayapun membantu melancarkan bacaan anak saya.
Ketika di perintahpun langsung sigap, nak tidak ada tv dulu ya, anak sayapun mengiyakan.
Tidak seperti sebelumnya ketika di perintah, ada saja pengecualiannya.

Belum satu bulan memang perlu adaptasi exkra bagi anak-anak yang terbiasa santai sebelumnya, apalagi, sekolah anak saya sewaktu MI teramat santai.
Saya mencoba menanyakan kebeberapa teman-teman anak saya yang di pesantren, hampir rata-rata mereka aga sedikit kaget dengan rutinitas pesantren, tetangga kamipun harus mengistirahatkan anaknya dua hari di rumah, alhamdulillah anak saya cukup satu hari saja beristirahat.

Obrolan dengan ustadz, ketika saya menanyakan, adakan santri yang tidak kuat menerima pelajaran di pesantren, sang ustadzpun bercerita, selama saya di pondok dan pondok tersebut bermanhaj baik, menghafal alquran dan hadist, saya belum pernah menemukan santri yang stres, ustadz melanjutkan memang pernah kakak dari temannya sempat terguncang di pesantren, namun pesantren yang di pilih mengamalkan wirid sekian ribu kali, dan ini yang bisa membuat santri tersusupi dengan jin, jawaban sang ustadz melegakan hati saya.

Abang memang belum terbiasa, tapi Abi yakin Abang pasti bisa, lihat teman-teman kamu kembali bersemangat menghafal alquran, di sore hari mereka bermain bola bersama, ada waktu istirahat yang di berikan pihak pesantren, dan yakinlah bang rasa letih akan hilang jika sudah terbiasa.
Minggu ke tiga



Foto minggu ke dua



Foto minggu pertama





♡♡♡SEPENGGAL HATIKU TERTINGGAL♡♡♡

Anakku...
Maafkan bunda, yang tidak sepenuhnya lagi menjadi madrasah bagimu.
Karena kelemahan ilmu ini.

Nak...
bunda titipkan engkau di sini.
Agar kelak engkau menjadi penyejuk hati, yang lisanmu, tak henti-hentinya melafalkan wahyu, yang malamnya engkau habiskan dalam sujud panjang utk Robbmu.

Lalu, bimbing bunda, rangkul abi yah...
tuk bersama melangkah menuju jannah-Nya.

Anakku...
Maafkan bunda yang telah membuat hafalanmu terseok-seok.
Karena bunda bukan hafidzoh.

Bunda titip engkau disini...
Agar engkau sprint mengejar hafidzmu. Hingga... engkau berada dalam barisan penjaga Al Qur'an dan penjaga kemulian
Al Qudz Tercinta.
Agar kelak, engkau persembahkan mahkota kemuliaan untuk guru-gurumu dan tentu saja untuk bunda dan abimu.

Anakku...
Simpanlah airmatamu sekarang, dan menangislah di sujud panjang malam-malamnu.

Anakku...
Bunda selalu mendekapmu dalam do'a-do'a, memohon pada Robbul Izzati untuk membuka hati dan fikiranmu,
agar kamu dimudahkan menyerap adab dan meraih ilmu dari gurumu.
Agar engkau mulia dihadapan-Nya.

Jagalah Allah nak...
pasti Allah kan menjagamu.

Anakku...
Jika ajal telah menjemput...
Engkaulah pahlawan bunda dan abi.
Do'amu sebagai penerangnya di alam kubur.
Akhlaqmu menjadi penyelamat kami di hari berbangkit.

Ketahuilah nak...
Negeri Akhirat adalah tujuanmu...
harus kau kejar sepenuh jiwa ragamu.
Sampai engkau bersama bunda dan abi... bertemu dengan Rosulullaaahh..
dan tersungkur...
menangis bersama di hadapan Beliau...
Lalu... Beliau mengajak kita... berjumpa dengan Allooh..
♡♡♡

"Yaa... Robbiii.
Kutitipkan anak ku tercinta.
Bersama deraian airmata kecintaanku kepadanya dan kepada-Mu."

*untuk anakku & bunda sholihat yang melepas anaknya di pesantren.*

Dari Bunda
Abi

source: WAG Humas Pia
















Sabtu, 22 Juli 2017

Awalnya di paksa !



Dipaksa, terpaksa lalu terbiasa, begitu sewaktu ayah saya mencipratkan air ke muka, di waktu subuh ketika saya masih kecil, untuk ibadah ayah saya memaksa anaknya untuk sholat di masjid, ketika saya dewasa, saya menyadari bahwa ini buah dari paksaan ayah saat itu, saya merasa kurang , saat tidak melaksanakan sholat lima waktu, dan apakah ayah saya, kembali mencipratkan air kemuka saya, ketika saya tidak sholat saat dewasa, jawabanya tentu saja tidak, karena usia dewasa, saya sudah tahu mana benar mana salah.



Kata di paksa inilah mungkin saya gunakan untuk anak saya ketika lulus MI tahun ini, saya paksakan anak saya untuk masuk pesantren, saya putarkan video, menjelang tidur, tentang manfaat pendidikan pesantren dan Alhamdulillah anak sayapun luluh hatinya mau mengikuti kemauan abinya. Semoga engkau faham nak !!!, kata di paksa ini bukan berarti engkau di buang, Jangan ber prasangka buruk, terhadap abi, engkau nanti akan menyadari bahwa ini pilihan yang berat, Keputusan Abi memasukan kamu ke pondok bukan keputusan yang gampang, banyak pertentangan batin dalam hati abi, tetapi kewajiban meluruskan amanah dari sang pencipta, menjaga engkau dari pergaulan bebas, agar engkau terhindar dari fitnah akhir zaman, terpaksa harus abi lakukan.



Mungkin bagi sebagian orang tua, memaksakan kehendak kepada anak, akan berakhir tidak baik bagi perkembangan anak, malah ada yang bilang, belum tentu anak yang di paksa masuk pesantren itu sukses, saya balik bertanya, apakah anak yang di sekolah umum sukses semua ?
Bagi saya pribadi, memaksakan kehendak sebelum si anak dewasa adalah kewajiban para orang tua, memaksa kearah yang lebih baik dalam hal aqidah dan keimanan bukan hal sunah, tetapi ini sebuah kewajiban para orang tua, karena orang tua akan di mintai pertanggung jawaban kelak, setiap laki-laki adalah pemimpin, setiap pemimpin pasti Allah minta pertanggung jawaban, dasar inilah kenapa saya harus memaksa anak saya untuk masuk ke pesantren.

Anak ku, jika kelak engkau dewasa, abi akan bangga dengan pilihan cita cita mu nanti, jika engkau menjadi dokter, jadilah dokter yang berhati ikhlas, jika engkau menjadi cendikiawan, jadilah cendikiawan yang berhati mulia, jika kelak engkau menjadi negarawan jadilah negarawan yang berhati ulama, jika engkau menjadi pengusaha, jadilah pengusaha yang dermawan, atau apapun pilihan mu kelak, berahlak lah dengan ahlaqul karimah.
Anakku engkau adalah bagian dari lukisan sejarah Abi dan Bunda, lukislah sejarah yang indah untuk Abi dan Bunda.
Semoga ya nak! Selamat berjuang, do’a Abi dan Bunda menyertai mu.
Ponpes DQA, 23 Juli 2017
Ponpes DQA, 23 Juli 2017

summer collection