KISAH 1
HAMAN SANG MENTERI SEGALA URUSAN
Oleh Ust. Dr. Miftah el-Banjary, MA
Melihat ilustrasi gambar di bawah ini, barangkali banyak
yang tidak mengenali siapa dia sesungguhnya, sebagaimana kita juga tidak pernah
tahu bahwa sosok ini ternyata juga berperan penting sebagai "tangan
kanan" Fir'aun, kalau saja tidak diinformasikan oleh al-Qur'an.
Hal ini mengindikasikan bahwa ada peran tokoh antagonis
dibalik kisah kezhaliman Fir'aun yang peran sentralnya tak kalah dahsyatnya
dibandingkan Fir'aun itu sendiri. Dialah Haman; pembisik sekaligus Menteri Segala
Urusan di Istana Fir'aun.
Jika kata Fir'aun disebutkan sebanyak 38 kali di dalam
al-Qur'an, paling tidak nama "Haman" muncul sebanyak 5 kali pada
beberapa surah di dalam al-Qur'an, diantaranya surah al-Qashash ayat 6 dan 38,
al-Mu'min ayat 36-37 dan al-Ankabut ayat 39.
Seorang arkeolog Prancis Morris dalam penelitiannya di tahun
1882 dibuat tercengang sekaligus takjub dengan kebenaran informasi al-Qur'an,
ternyata nama Haman ditemukan dan disebutkan dalam tulisan Heliograf kuno
sebagai seorang kepala urusan istana yang menangani semua urusan Fir'aun.
Sedangkan informasi itu tidak pernah dia dapatkan pada kitab
taurat, zabur dan injil. Informasi di dalam al-Qur'an sedemikian akuratnya,
hingga disebutkan begitu jelasnya nama dan peran Haman di dalam al-Qur'an.
Jelas dia akhirnya mengakui bahwa hal itu menunjukkan kemukjizatan al-Qur'an.
Apa dan bagaiman peran Haman?
Di dalam al-Qur'an dikisahkan Haman merupakan wazir atau
Perdana Menteri Fir'aun. Haman juga bertugas sebagai penasehat, kepala istana,
pengatur dan pengendali infrastruktur, panglima perang, pengendali stabilitas
keamanan, pengontrol ucapan para pengkritik kerajaan, serta pengatur sekaligus
pengendali segala bidang dan urusan.
Bahkan Haman merupakan pembisik yang selalu meneguhkan dan
menguatkan bahwa Fir'aun adalah seorang titisan dewa Ra; dewa matahari yang
patut disembah sekaligus dewa pemilik aliran sungai Nil. Haman selalu memuji
tindak tanduk lelaku Fir'aun baik dan buruknya.
Manakala adu tanding antara Nabi Musa dan Fir'aun yang pada
akhirnya membuat para penyihir istana mengakui kemenangan di pihak Musa,
alih-alih mengakui kekalahannya, Fir'aun justru meminta Haman tampil ke depan
publik untuk mempengaruhi rakyatnya agar masih tetap dipercayai.
"Hai Haman, apakah aku ini seorang pendusta?"
tanya Fir'aun penuh keangkuhan.
Haman tampil membela dengan penuh meyakinkan dan kecongkakan
pula. "Siapa yang berani menuduh paduka sebagai seorang pembohong?!"
"Hai Haman, apakah Tuhan di surga?" tanya Fir'aun
lagi.
"Musa itu berdusta. Dia ahli membuat kebohongan!"
jawab Haman agar membuat Fir'aun senang.
"Ya, aku tahu Musa tidak lain, hanya tukang sihir yang
pandai merangkai kata!" Fir'aun membenarkan.
"Benar Engkau pembesar kami. Semua raja takluk padamu,
duhai Fir'aun!" Ujar Haman meyakinkan Fir'aun.
"Sekarang Haman! Kuperintahkan buatkan aku menara
pencakar langit agar aku bisa melihat Tuhannya Musa!" ujar Fir'aun tertawa
dengan penuh kesombongan disertai gelak tawa Haman dan pengikutnya.
Haman memang terkenal hebat bersilat lidah menjilat
penguasa. Haman berkilah dengan argumentasi jeniusnya.
"Wahai Fir'aun, kali ini saya keberatan membuatkan Anda
menara pencakar langit itu untuk bisa melihat Tuhannya Musa!" ujar Haman
seraya membungkuk.
"Hah! Apa katamu?!! Kamu keberatan?!!" Fir'aun
terbelalak matanya.
"Iya paduka, saya keberatan!" jawab Haman penuh
tipu muslihat.
"Apa kamu sudah mau berbuat makar seperti Musa?! Apa
kamu sudah membangkang seperti para penyihir itu?" tanya Fir'aun mulai
geram.
"Tidak paduka Raja Fir'aun yang Mahatinggi! Hamba masih
tetap setia!" jawab Haman tersenyum.
"Lantas kenapa kamu keberatan, hah?!! Apa kamu tidak
sanggup membangunkan infrakstruktur untuk rajamu ini?!" Fir'aun mulai tak
sabar menunggu jawaban Haman.
"Bukan begitu Paduka Raja Fir'aun!"
"Lantas?!" tanya Fir'aun.
"Meskipun kita bangunkan menara langit, kita tidak akan
temukan Tuhan Musa di sana!" jawab Haman meyakinkan.
"Kenapa? Ada apa?!" tanya Fir'aun mengernyitkan
keningnya.
"Sebab Tuhan Musa itu tidak ada. Hanya engkaulah Tuhan
itu. Hanya dirimu pemilik Mesir dan Nil ini. Engkau Fir'aun yang Tinggi!"
ujar Haman menyanjung Fir'aun sekaligus melecehkan Tuhan Musa.
Allah Swt berfirman dalam surah al-Qashah 38:
وَقَالَ
فِرۡعَوۡنُ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلۡمَلَأُ مَا عَلِمۡتُ لَكُم
مِّنۡ إِلَـٰهٍ غَیۡرِی فَأَوۡقِدۡ لِی
یَـٰهَـٰمَـٰنُ عَلَى ٱلطِّینِ فَٱجۡعَل
لِّی صَرۡحࣰا لَّعَلِّیۤ أَطَّلِعُ
إِلَىٰۤ إِلَـٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّی لَأَظُنُّهُۥ
مِنَ ٱلۡكَـٰذِبِین
"Berkata Fir'aun, wahai para pembesar, aku tidak pernah
tahu ada Tuhan, selain aku untuk kalian. Wahai Haman, buatlah bangunan tinggi
untukku dari batu bata. Aku akan naik ke atas bangunan itu agar aku dapat
melihat Tuhan Musa. Sunguh aku yakin bahwa Musa termasuk orang-orang yang
berdusta." [QS. al-Qashash:38]
Lantas Fir'aun berterik di hadapan rakyatnya "Ana Rabbukumul
'Ala! Akulah Tuhan kalian yang Tinggi!"
Demi mendengar sanjungan sedemikian tinggi dari Haman, kian
melambunglah kecongkakan Fir'aun dengan segala kepercayaan dirinya. Sujud
sembahlah mereka yang terlanjur mengagumi Fir'aun dengan segala keyakinannya.
Allah Swt berfirman dalam surah al-Ankabut ayat 39:
وَقَـٰرُونَ
وَفِرۡعَوۡنَ وَهَـٰمَـٰنَۖ وَلَقَدۡ جَاۤءَهُم مُّوسَىٰ بِٱلۡبَیِّنَـٰتِ فَٱسۡتَكۡبَرُوا۟ فِی ٱلۡأَرۡضِ وَمَا
كَانُوا۟ سَـٰبِقِینَ
"Wahai Muhamamd, ingatlah Qarun, Fir'aun dan Haman. Musa
telah datang dengan membawa mukjizat sebagai bukti kebenaran kenabiannya,tetapi
mereka bersikap menyombongkan diri di atas muka bumi. Mereka kemudian tidak
selamat dari adzab Allah.[Qs. Al-Ankabut:39]
Itulah sekilas deskripsi Haman yang dideskripsikan oleh Ibnu
Katsir di dalam Qishashul Anbiya. Begitulah peran sentral Haman yang monemental
dengan segala kejahatan dan sifat penjilatnya. Dia tampil sebagai tokoh antagonis
kedua setelah Fir'aun.
Meski dia bukan seorang Fir'aun, boleh jadi peran sentralnya
melebihi seorang Fir'aun sekalipun, sebab dialah penasehat dan pembenar segala
kesalahan dan kezhaliman Fir'aun.
Dan begitulah sejarah selalu berulang pada setiap zamannya.
Begitulah al-Qur'an mengajari kita sejarah.
Tugas kita bukan membenci Fir'aun atau pun Haman, akan
tetapi tugas kita hari ini meneguhkan terus berjuang bersama siapa? Bersama
Musa ataukah Fir'aun, Haman atau kah ulama Fir'aun bernama Bal'aun bin Aura.
Jika tidak mampu menjadi Musa, minimal kita tak menjadi
musuhnya atau menjadi pengikut Bani Israel yang terkesan netral; tidak memiliki
prinsip kebenaran yang harus diperperjungkan dengan mengatakan, "Pergilah
engkau wahai Musa berperang berdua bersama Tuhan kamu, kami hanya ingin duduk
menunggu saja di sini!
KISAH 2
TAMPARAN SELOP UNTUK SANG PENGKHIANAT
Karena terkesima dengan tampilan Tumenggung Sumodipuro yang
merakyat, lugu dan dianggap berhasil selama menjadi bupati Japan (Mojokerto)
maka Pangeran Diponegoro mengusulkan pada ayahandanya, Sultan Hamengkubuwono
III, untuk menjadikannya sebagai patih. Padahal kala itu, bukanlah hal yang
lazim untuk memberikan posisi sentral di ligkungan keraton kepada orang luar
apalagi berasal dari wilayah pinggiran. Namun karena Pangeran Diponegoro adalah
sosok kepercayaan sang ayahanda, maka alhasil Tumenggung Sumodipuro pun
diangkat menjadi patih dengan gelar Patih Danurejo IV.
Namun, kali ini intuisi Pangeran Diponegoro keliru. Selama
pemerintahan Patih Danurejo IV, korupsi di Keraton Yogyakarta justeru
merajalela. Berbagai keputusan keraton bisa diperjual belikan. Dalam salah satu
catatan sejarah ia dijuluki "setan kulambi manungsa, angecu sarwi
lenggah" yang artinya "setan berbaju manusia yang merampok sambil
duduk-duduk". Di masa jabatannya, keraton juga dilanda degradasi moral di
mana candu dan perzinaan menjadi pemandangan yang lumrah.
Banyak perilaku Patih Danurejo IV yang dianggap merusak
etiket yang berlaku di kalangan keraton. Ia berani memakai simbol-simbol
kekuasaan yang tidak diperkenankan untuk digunakan oleh selain Sultan. Selama
ia berkuasa, ia menempatkan kroni-kroninya untuk menduduki berbagai jabatan di
keraton tanpa mengindahkan asas kelayakan dan kepatutan. Fenomena pengangkatan
Patih Danurejo IV ini digambarkan dengan kiasan jawa "kere munggah
bale", orang kecil yang memperoleh karir kekuasaan secara instan lalu
menjadikannya lupa diri.
Dalam merusak tatanan kraton, Patih Danurejo IV tidak
melakukannya dengan sendirian. Ia mendapat dukungan dari Ratu Ibu (yang di
kemudian hari menjadi Ratu Ageng) yang dari sejak awal sangat berambisi
menjadikan anak keturunannya menjadi sultan. Dari kalangan militer, ia mendapat
dukungan dari Tumenggung Wironegoro yang menjabat sebagai kepala pasukan
pengawal Sultan. Menjelang Perang Jawa, tiga serangkai tersebut dikenal sebagai
kelompok elit politik yang anti terhadap kalangan Islam yang diwakili oleh
Pangeran Diponegoro, para ulama dan santri.
Untuk mendapatkan akses dan dukungan finansial, Patih
Danurejo IV menjalin hubungan erat dengan Tan Jin Sing alias K.R.T.
Secodiningrat, seorang Tionghoa yang diangkat menjadi birokrat keraton atas
tekanan pemerintah Inggris. Disamping menjalin hubungan dengan orang-orang
kunci di pusaran kekuasaan keraton, Patih Danurejo IV juga menjalin hubungan
dengan kekuatan asing yang tak lain adalah penguasa kolonial Belanda.
Patih Danurejo IV adalah tipe orang yang bisa dengan ringan
hati mengingkari kebaikan orang-orang yang berjasa pada dirinya. Alih-alih
membalas budi jasa Pangeran Diponegoro yang telah mengantarkannya pada
kedudukannya saat itu, beberapa kali ia justeru bersiasat untuk mencelakakan
sang Pangeran. Bahkan pernah suatu saat ia berupaya mempermalukan sang Pangeran
di depan publik. Namun di luar dugaan dia, siasat tersebut justeru berbalik
mempermalukan dirinya sendiri.
KISAH 3
CONTOH AKHIR HIDUP PENGUASA YANG HINA
* Peringatan untuk yang Berkuasa. Jangan Mentang-mentang
ya... *
Hinanya Kematian Mustafa Kemal Attatürk yang Dikenal sebagai
‘Bapak Modernisasi Turki’ dari perspektif Barat, dia sebenarnya adalah tokoh
yang meng’sekuler’kan dan ‘membunuh’ syiar Islam di Turki. Siapa lagi jika
bukan Mustafa Kemal Attatürk yang diberi gelar Al-Ghazi (orang yang memerangi).
"Attatürk" berarti "Bapak Orang Turki".
Attatürk adalah orang yang bertanggung jawab meruntuhkan
Khilafah Islam Turki pada tahun 1924. H.S. Armstrong, salah seorang pembantu
Attatürk dalam bukunya yang berjudul Al-Zi’bu Al-Aghbar atau Al-Hayah Al-Khasah
Li Taghiyyah telah menulis: "Sesungguhnya Attatürk adalah keturunan
Yahudi, nenek moyangnya adalah Yahudi yang pindah dari Spanyol ke pelabuhan
Salonika".
Golongan Yahudi ini dinamakan dengan Yahudi
"Daunamah" yang terdiri dari 600 keluarga. Mereka mengaku beragama
Islam hanya sebagai identitas, tetapi masih menganut agama Yahudi secara
diam-diam. Ini diakui sendiri oleh bekas Presiden Israel, Yitzak Zifi, dalam
bukunya Daunamah terbitan tahun 1957.
Attatürk mengubah ucapan Assalamualaikum menjadi Marhaban
Bikum (Selamat Datang), melarang menggunakan busana Islam dan sebaliknya
mewajibkan memakai pakaian ala Barat. Dalam tempo beberapa tahun saja, dia
berhasil menghapuskan perayaan Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha serta
melarang kaum muslim menunaikan ibadah Haji, melarang poligami dan melegalkan
perkawinan wanita muslim dengan non muslim.
Dia membatalkan libur pada hari Jum'at, melarang adzan dalam
bahasa Arab dan menggantinya dengan bahasa Turki. Tindakan yang dilakukan oleh
Attatürk ini nyata sekali telah memisahkan budaya Turki dari akar agama Islam
dan menghapuskan Islam sebagai agama resmi negara Turki.
Attatürk berusaha keras untuk menghancurkan para
penentangnya. Dia membakar majelis-majelis, menangkap para pimpinan majelis dan
juga mengawasi para ulama. Attatürk pernah menegaskan bahwa “negara tidak akan
maju kalau rakyatnya tidak cenderung kepada pakaian modern”.
Dia menggalakkan minum arak secara terbuka, mengubah
Al-Quran yang kemudian dicetak dalam bahasa Turki.
Bahasa Turki sendiri diubah dengan membuang unsur-unsur Arab
dan Parsi. Attatürk mengubah Masjid Besar Aya Sofia menjadi gereja dan
setengahnya untuk musium, menutup masjid serta melarang shalat berjamaah,
menghapuskan Kementerian Wakaf dan membiarkan anak-anak yatim dan fakir miskin.
Dia membatalkan undang-undang waris, faraid secara Islam,
menghapus penggunaan kalendar Islam dan mengganti huruf Arab ke dalam huruf
Latin.
Attatürk mengganggap dirinya tuhan sama seperti firaun.
Ketika itu ada seorang prajurit ditanya “siapa tuhan dan di mana tuhan
tinggal?” karena takut, prajurit tersebut menjawab "Kemal Attatürk adalah
tuhan”, dia tersenyum dan bangga dengan jawaban yang diberikan.
Saat-saat menjelang kematiannya, Allah mendatangkan
kepadanya beberapa penyakit yang membuatnya tersiksa dan tak dapat menanggung
azab yang Allah berikan di dunia, diantaranya penyakit kulit dimana dia merasakan
gatal di sekujur tubuh.
Dia juga menderita penyakit jantung dan darah tinggi.
Kemudian rasa panas sepanjang hari, tidak pernah merasa sejuk sehingga pompa
air dikerahkan untuk menyirami rumahnya selama 24 jam.
Attatürk juga menyuruh para pembantunya untuk meletakkan
kantong-kantong es di dalam selimut untuk membuatnya sejuk. Maha Suci Allah,
walau telah berusaha keras, tidak ada yang dapat mereka lakukan untuk mengusir
rasa panas itu. Oleh karena tidak tahan dengan panas yang dirasakan, dia
menjerit sangat keras hingga seluruh istana mendengarnya.
Karena tidak tahan mendengar jeritan, para pembantunya
membawa Attatürk ke tengah lautan dan diletakkan dalam kapal dengan harapan
beliau akan merasa sejuk. Maha Besar Allah, panasnya tak juga hilang!! Pada 26
September 1938, dia pingsan selama 48 jam disebabkan panas yang dirasakannya
dan kemudian sadar tetapi dia hilang ingatan.
Pada 9 November 1938, dia pingsan sekali lagi selama 36 jam
dan akhirnya meninggal dunia. Ketika itu tidak ada yang mau mengurus jenazahnya
sesuai syariat. Mayatnya diawetkan selama 9 hari 9 malam, sehingga adik
perempuannya datang meminta ulama-ulama Turki untuk memandikan, mengkafankan
dan menshalatkannya.
Tidak cukup sampai disitu, Allah tunjukkan lagi azab ketika
mayatnya akan dimakamkan. Sewaktu mayatnya hendak ditanam, tanah tidak
menerimanya (tak dapat dibayangkan bagaimana jika tanah tidak menerimanya).
Karena tidak diterima tanah, mayatnya diawetkan sekali lagi dan dimasukkan ke
dalam musium yang diberi nama EtnaGrafi selama 15 tahun hingga tahun 1953.
Setelah 15 tahun mayatnya hendak dikuburkan kembali, tapi
Allah Maha Agung, bumi sekali lagi tak menerimanya. Sampai akhirnya mayat
Attaturk dibawa ke satu bukit dan disimpan dalam celah-celah marmer seberat 44
ton.
Lebih menyedihkan lagi, ulama-ulama yang sezaman dengan
Attatürk mengatakan bahwa jangankan bumi Turki, seluruh bumi Allah ini tidak
akan menerimanya.
Naudzubillah
Copas dari berbagtai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar